MAKALAH
MONARKI DALAM ISLAM
Diajukan Guna Memenuhi Tugas Makalah
Mata Kuliah : Sejarah Peradaban Islam
Dosen Pengampu : Prof.
Mujiono
Disusun Oleh:
Muhammad Ahsinun Niam (1505046065)
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2016
I.
PEMBUKAAN
A. LATAR BELAKANG
Belakangan ini, jarang kita temui Negara
yang menganut system kepemerintahan yang berlandaskan agama Islam. Padahal
dimasa lalu pemerintahan Islam merupakan suatu kepemerintahan yang begitu besar
dan luas yang bahkan mencakup dua per tiga dunia pada saat kepemerintahan Umar
bin Khatab. Namun pemerintahan yang sebesar itu sekarang sudah tergeserkan dan
digantikan oleh peradaban barat. Hal ini tentu saja diakibatkan oleh dua
faktor, yaitu faktor internal dari umat muslim itu sendiri maupun faktor
eksternal yang berupa penyebab-penyebab dari luar.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu system keperintahan monarki ?
2. Mengapa kekhalifahan Bani Umayah disebut sebagai awal dari munculnya
system monarki dalam islam ?
3. Apa latar belakang munculnya system monarki dalam Islam ?
C. TUJUAN
Dengan ditulisnya makalah ini diharapkan
mahasiswa khususnya pemakalah sendiri dapat mengetahui apa itu system
keperintahan monarki dalam islam, siapa orang pertama yang dianggap sebagai
pendiri awal system monarki dalam islam, latar belakang timbulnya system
monarki dalam islam.
II.
PEMBAHASAN
A. Pengertian System Monarki
Monarki berasal dari bahasa yunani monos
yang berarti satu, dan archein yang berarti pemerintah. Monarki
merupakan jenis keperintahan yang dipimpin oleh seorang penguasa monarki. System
keperintahan monarki juga disebut sebagai system keperintahan kerajaan, system
ini merupakan system keperintahan tertua di dunia.
B. Sejarah Timbulnya Monarki Dalam Islam
Pada dasarnya
usaha untuk menggunakan sistem monarki dalam Islam sudah dimulai sejak Nabi
Muhammad SAW meninggal dunia. Meskipun Nabi Muhammad SAW sudah berusaha
menghilangkan ego kesukuan dalam bangsa Arab, namun hal itu bukanlah hal yang
mudah dikarenakan sudah mendarah daging dalam kehidupan bangsa Arab yang
terdiri dari banyak suku baik besar maupun kecil sejak berabad-abad. Ego
kesukuan tersebut kembali menguat dalam proses pemilihan khalifah atau pemimpin
umat muslim berikutnya. Saat Nabi Muhammad wafat, Bani Hasyim yang merupakan
keluarga Nabi menganggap posisi pemimpin lebih pantas diserahkan pada mereka,
namun usaha itu dihambat oleh terpilihnya Abu Bakar yang berasal dari suku lain
melalui proses musyawarah.
Usaha penegakan konsep
monarki itu tak berhenti begitu saja, meskipun Ali yang mereka ajukan selalu
gagal untuk menjadi khalifah sampai akhirnya tampuk pemerintahan tertinggi
dalam Islam itu berhasil mereka rebut dari Utsman. Tentu saja, jika Ali yang
dijadikan pemimpin sejak awal maka kepemimpinan Ali akan menjadi dasar monarki
dalam Islam. Ali merupakan keponakan dari Nabi, berbeda dengan khalifah
sebelumnya yang meskipun memiliki ikatan kekeluargaan dari pernikahan namun
tidak dari ikatan darah. Bahkan Ali sudah dianggap anak oleh Nabi. Bani Hasyim
selalu memprotes keputusan diangkatnya khalifah selain Ali, karena mereka tidak
rela kursi khalifah diduduki oleh sembarang orang selain keluarga terdekat Nabi
di kalangan suku Quraisy. Dengan demikian ego kesukuan dalam bangsa Arab ikut
melatarbelakangi dijadikannya konsep monarki sebagai sistem pemerintahan Islam.
Namun ego kesukuan jugalah
yang mengawali pertikaian dalam Islam dan menjadikan Ali terbunuh. Setelah itu
pula Hasan yang ditunjuk oleh Bani Hasyim sebagai khalifah berikutnya pun
mundur dan membuat kekuasaan yang tadinya dipegang oleh Bani Hasyim menjadi
terlepas dan jatuh ketangan Bani Umayyah dibawah Muawiyah bin Abu Sufyan. Dan
sejak saat itu pula mulailah ditegakkannya sistem monarki dalam pemerintahan
Islam.
C.
Muawiyah Pendiri Monarki Bani Umayah
Bani Umayyah terkenal kental
dengan kekuasaan. Bahkan sejak zaman Fathul Mekkah dimana rumah Abi Sufyan,
pemimpin Bani Umayyah kala itu, dijadikan tempat perlindungan yang dijamin
keamanannya oleh Nabi SAW. Kemudian putranya Yazid menjadi panglima pembebasan
Syam oleh Abu Bakar, dan Gubernur di Damaskus oleh Umar. Kemudian Muawiyah yang
dijadikan Gubernur di Yordania serta Damaskus setelah wafatnya Yazid. Maka
kepemimpinan Muawiyah tak perlu dipertanyakan lagi, dia dikenal sebagai
politisi yang handal pada masa kepemimpinannya di Syam. Meskipun begitu banyak
sejarawan yang memandang negatif pada Muawiyah yang menggunakan cara licik
dalam memperoleh kekuasaannya dan menjadi pengkhianat prinsip-prinsip demokrasi
dalam Islam menjadi monarki. Namun, walau Muawiyah mengubah sistem pemerintahan
dari musyawarah menjadi monarkhi, dinasti ini masih memakai gelar Khalifah.
Akan tetapi, ia memberikan interpretasi baru untuk mengagungkan jabatan
tersebut dengan pengertian “penguasa” yang diangkat Allah dalam memimpin umat
dengan mengaitkannya kepada Al Quran (2:30) dan atas dasar hal itu siapapun
yang menentang keputusan Khalifah atas kehendak Allah dikatakan kafir. Dengan
kata lain pemerintahan Dinasti Umayyah bercorak teokratis, yaitu penguasa yang
harus ditaati semata-mata karena iman. Seseorang selama menjadi mukmin tidak
boleh melawan khalifahnya sekalipun ia beranggapan bahwa Khalifah adalah
seseorang yang memusuhi agama Allah dan tindakan-tindakan Khalifah tidak sesuai
dengan hukum-hukum syariat. Jadi, meskipun pemimpin dinasti ini menyatakan
sebagai Khalifah akan tetapi dalam prakteknya berbeda dengan Khalifah yang
empat sebelumnya, setelah Rasulullah.
Setelah Ali meninggal, bentuk kekhalifahan sesungguhnya telah berakhir
dan menjadi kerajaan yaitu Kerajaan Bani Umayyah yang didirikan oleh Muawiyah
dengan berbagai siasat politik dan tipu muslihat bukan atas pilihan kaum
muslimin sebagaimana dilakukan oleh para khalifah sebelumnya. Jabatan khalifah
menjadi turun-temurun dan Daulah Islam berubah sifatnya menjadi daulah yang
bersifat kerajaan (monarki). Dan hal itu kemudian diikuti oleh dinasti
berikutnya, seperti Abbasiyah di Irak, Fatimiyah di Mesir hingga Kesultanan
Turki Ustmani.
D. Kemajuan-Kemajuan Yang di
Capai Pada Pemerintahan Dinasti Umayah
Akan tetapi, selama menganut
sistem pemerintahan monarki ini banyak kemajuan-kemajuan yang berhasil oleh
Bani Umayyah misalnya perluasaan kekuasaan khalifah Islam, ekspansi wilayah
ini sempat terhenti pada masa Khalifah Utsman dan Ali dan dilanjutkan
lagi pada dinasti umayyah yang melakukan penyebaran Islam lebih luas lagi
ke timur, utara dan barat. Perluasan wilayah ke timur diarahkan ke wilayah
seberang sungai Oxus dan wilayah Sind, meliputi Balkh (Afghanistan sekarang),
Badghis (wilayah barat laut Afghanistan) dan Harah yang dimulai pada
pemerintahan Muawiyah II. Perluasan ke barat dilakukan pada masa Al-Walid
I berhasil menaklukkan Turkharistan, Bukhara, Samarkand dan Khawarizm. Ekspansi
selanjutnya dilakukan ke provinsi disekitar Sungai Jaxartes khususnya Fergana
(Asia Tengah), Tashkent (ibukota Uzbekistan), Makran (Baluchistan), lembah dan
delta Sunagai Indus, Punjab, hingga Spayol di wilayah Eropa. Ke arah utara
ekspansi dilakukan meliputi Aleppo, Asia Kecil (Turki), Cesnia dan
Armenia.
Selain ekspansi wilayah perkembangan pesat ilmu pengetahuan dalam
peradaban Islam juga terjadi pada masa ini. Ilmu pengetahuan agama yang
berkembang misalnya Ilmu Qiraat, Tafsir, Hdis, Fikih, Nahwu, Balaghah. Kemajuan
ilmu pengetahuan ini dilakukan di mesjid-mesjid dan para ulama, ilmuwan,
seniman yang berprestasi dalam bidang ilmu pengetahuan diberi hadiah dan
disediakan anggaran oleh negara. Selain ilmu mengenai Islam juga berkembang
ilmu lainnya misalnya ilmu kimia, kedokteran, astronomi, ilmu nahwu dan
filsafat. Selain itu seni suara dan bahasa, seni rupa dan arsitektur juga
mengalami perkembangan yang sangat pesat. Selain itu juga dilakukan
penerjemahan buku-buku dari bahasa Yunani dan Persia kedalam bahasa Arab.
Dalam bidang sosial ekonomi, kesejahteraan rakyat merupakan hal utama
dalam perhatian pemerintah dinasti umayyah, misalnya dengan memberikan jaminan
hidup kepada anak-anak yatim, mendirikan rumah sakit khusus orang kusta
sehingga bisa mendapatkan perawatan yang tepat. Bani umayyah juga melakukan
perbaikan dan pembangunan sarana pelayanan publik misalnya membangun jalan raya
bagi masyarakatnya dan disepanjang jalan tadi disediakan sumur untuk
menyediakan air bagi para musafir, penyediaan tempat penginapan bagi musafir,
memperbanyak pembanguan mesjid dan pembangunan rumah sakit. Aparat
negara yang bertindak sewenang-wenang juga langsung dipecat dan ditunjak dengan
pembangunan dalam bidang administrasi pemerintahan dan pelayanan publik.
Selanjutnya bani umayyah juga menjadikan bahasa Arab sebagai bahasa resmi dan
mencetak mata uang Arab dengan nama Dinar, Dirham dan Fals.
III.
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pada awalnya system keperintahan monarki dalam islam sudah mulai tampak
pada saat wafatnya Rosullullah karena ego masing-masing suku. Akantetapi system
monarki tersebut mulai muncul dan dikenal umat muslim pada kekuasaan Dinasti
Umayah dibawah kepemimpinan Muawiyah bin Abi Sufyan. Selain memindahkan system kepemerintahan
dari kekhalifahan menjadi monarki, Muawiyah juga menindahkan ibu kota dari Madinah ke Damaskus. Banyak yang berpikiran bahwa
system yang yang dipakai Muawiyah ini akan berdampak negative karena mereka
berfikir hal ini akan menyebabkan timbulnya kasta dalam suku-suku di wilayah
tersebut. Namun coba lihat dari sisi positifnya, banyak kemajuan yang dicapai
pada masa itu seperti semakin menyebarnya islam ke daerah timur, utara dan
barat. Selain itu perkembangan ilmu pengetahuan juga berkembang sangat pesat
baik ilmu agama maupun ilmu pengetahuan umum. Selain memperluaskan wilayah dan
mengembangkan ilmu pengetahuan, Bani Umayah juga sangat memperhatikan
kesejahteraan umatnya, seperti membangun jalanan umum, membangun masjid membuat
sumur, dan masih banyak lagi yang lainnya.
B.
Kritik dan Saran
Demikianlah makalah yang dapat kami
buat, kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan,
semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi pemakalah pada
khususnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ja’fariyan, Rasul, SEJARAH PARA PEMIMPIN ISLAM : dari Imam Ali
sampai Monarki Muawiyah, Al-Huda:2010.
http://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/12/08/12/m8jlui-dinasti-umayyah-pemerintahan-monarki-pertama-dalam-islam-4
Related Posts
Subscribe Our Newsletter
0 Response to "MAKALAH : MONARKI DALAM ISLAM"
Post a Comment