BAB I
PENDAHULUAN
Setiap
perusahaan baik itu perusahaan dagang, perusahaan jasa maupun perusahaan
manufaktur selalu menjalankan aktivitas yang beragam. Setiap perusahaan akan
berbeda cara perhitungan, terutama perusahaan manufaktur yang memproduksi dari
barang mentah sehingga menjadi barang jadi, Dengan adanya makalah tentang
perusahaan manufaktur ini diharapkan akan memberikan suatu pengetahuan yang
terpadu dalam pengenalan kegiatan perusahaan manufaktur dengan lancar. Hal yang
perlu diperhatikan dalam penerapan perusahaan manufaktur adalah kesesuaian dan
kecocokan antara sistem itu sendiri dengan aktivitas perusahaan. Salah satu
aktivitas yang sering dilakukan adalah aktivitas yang berhubungan dengan
Laporan keuangan perusahaan manufaktur.
Laporan
keuangan perusahaan manufaktur adalah suatu proses pencatatan,
pengklasifikasian dan pelaporan atas kejadian ekonomi dan dilaporkan
kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Kegiatan dalam suatu perusahaan
manufaktur yaitu untuk mencapai produksi dan produktifitas yang optimal agar
dapat digunakan untuk pengambilan-pengambilan keputusan atau kebijakan dalam memilih
alternative sehingga operasional produksinya dapat lebih efektif dan efesien.
Konsep dasar dalam penyusunan laporan keuangan adalah penyediaan data yang
akurat dan dapat dipercaya, serta dapat teruji kebenarannya sehingga dapat
diterima oleh semua pihak yang berkepentingan.
1.2. Rumusan Masalah
Saat
ini banyak generasi muda terutama kalangan para pelajar yang tidak peduli
dengan ilmu pengetahuan tentang perusahaan, padahal hal ini sangat penting
untuk bekal para pelajar ketika bekerja di suatu perusahaan, berikut ini adalah
masalah-masalah yang sebenarnya terjadi saat ini.
1.
Mereka
tidak mengenal apa itu perusahaan industri dan
manufaktur
?
2. Bagaimana sejarah sektor industri
di Indonesia?
3.
Bagaimana
konsep klasifikasi sektor industri dan industrialisasi?
4. Bagaimana sistem produksi dalam perusahaan manufaktur?
5.
Bagaimana
klasifikasi pada perusahaan manufaktur ?
6.
Bagaimana
konsentrasi, daya saing, dan kebijaksanaan industri yang Indonesia terapkan?
7.
Bagaimanna
tantangan perkembangan sektor industri di Indonesia dan bagaimana kontribusinya
pada masyarakat?
8.
Bagaimana
pengembangan industri di Indonesia?
1.3.Tujuan Penulisan
1.
Mereka
bisa mengenal apa itu perusahaan industri dan manufaktur
2. Mengetahui sejarah sektor
industri di Indonesia
3.
Mengetahui
konsep klasifikasi sektor industri dan industrialisasi
4. Mengetahui sistem produksi dalam perusahaan manufaktur
5.
Mengetahui
klasifikasi pada perusahaan manufaktur
6.
Mengetahui
konsentrasi, daya saing, dan kebijaksanaan industri yang Indonesia terapkan
7.
Mengetahui
bagaimanna tantangan perkembangan sektor industri di Indonesia dan bagaimana
kontribusinya pada masyarakat
8.
Mengetahui
pengembangan industri di Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian
Perusahaan Industri
Dalam sebuah perekonomian sektor industri
dianggap sebagai sektor yang mampu menjadi pimpinan dari sektor lain. Produk
industri mempunyai nilai jual yang tinggi dari pada sekor lain. Hal tersebut
dikarenakan produk inustri sangat beragam dan memberika nilai dan manfaat yang
tinggi bagi masyarakat. Industri menjadi penolong bagi perekonomian suatu
negara, sehingga pemerintah banyak memberikan kebijaksanaan- kebijaksanaan
tentang industri. Namun kebijaksanaan itu terkadang tidak atau kurang
diadaptasi dengan kondisi sosial masyarakat setempat, misalnya penguasaan
teknologi, ketersediaan sumber daya, dll. Perkembangan sektor industri harus
sejajar dan sejalan dengan sektor lain yang non industri seperti sektor
pertnian, perkebunan, perikanan, dan sektor- sektor lain.
Istilah
industrialisasi secara ekonomi diartikan sebagai kegiatan mengolah bahan mentah
menjadi barang jadi atau barang setengah jadi, dapat pula diartikan sebagai
himpunan perusahaan-perusahaan sejenis dimana kata industri dirangkai dengan
kata yang menerangkan jenis industrinya. Misalkan industri obat-obatan,
industri garmen, dan industri perkayuan, dsb.
2.2. Sejarah
Industri di Indonesia
Pada tahun 1920an sektor industri di
indonesia masih banyak yang dikuasai asing. Jenis industri yng ada ada saat itu
adalah alat- alat rumah tangga. Tenaga kerja terpusat pada pertanian dan
perkebunan demi memenuhi kebutuhan kolonial balanda. Perusahaan besar hanya ada
dua buah saja. Pada tahun 1939 mayoritas tenaga kerja bekerja pada pengolahan
makanan, tekstil, dan barang logam. Investasi pada masa itu sebagian besar
dikuasai swasta. Pada masa kependudukan jepang industri berkembang buruk, ha
itu karena larangan impor bahan mentah. Pada tahun 1951 pemerintah mendorong
perkembangan industri kecil dan membatasi berkembangnya industri besar yang ikuasai
asing. Tahun 1957 sektor indstri mulai mengalami kemunduran karena situasi
politik yang belum mendukung dan kurangnya tenaga kerja yang trampil. Pada saat
orde baru kebijakan ekonomi dikomplekskan dan salah satunya adalah mengundang
investor asing. Kebijakan- kebijakan ekonomi ini mampu membawa Indonesia kedalam kondisi yang lebih
baik.
Tahun
1920 an industri modern di Indonesia hampir semua dimiliki oleh orang asing,
walau jumlahnya hanya sedikit. Industri kecil yang ada pada masa itu berupa
industri rumah tangga seperti penggilingan padi, pembuatan gula merah ( tebu
dan nira ), roko kretek, kerajinan tekstil, dan sebagian tidak terkoordinasi
dengan baik.
Perusahaan
modern hanya ada dua, yaitu pabrik rokok milik British American Tobaco (BAT)
dan perakitan kendaan bermotor General Motor Car Assembly. Depresi ekonomi yang
melanda Indonesia tahun 1930an meruntuhkan perekonomian, mengakibatkan
menurunnya penerimaan ekspor dari 1.448 gulden menjadi 505 gulden (1929) yang
mengakibatkan penggaguran. Melihat situasi tersebut pemerintah Hindia Belanda
mengubah system dari pola kenijakan ekonomidari sektor perkebunan ke sektor
industri, dengan memberi kemudahan dalam pemberian ijin dan fasilitas bagi
pendirian industri baru.
Berdasarkan
Sensus Industri Pertama (1939), industri yang ada ketika itu memperkejakan
173 ribu orang di bidang pengolahan
makanann, tekstil dan barang logam, semuanya milik asing, Pada masa PD II
kondisi industrialisasi cukup baik, Namun setelah pendudukan Jepang keadaannya
terbalik, Disebabkan larangan impor bahan mentah dan diangkutnya baranag
capital ke Jepang dan pemaksaan tenaga kerja (romusha). Setelah Indonesia
merdeka, mulai dikembangkan sektor industri dan menawarkan investasiwalau dalam
tahap coba-coba. Tahun 1951 pemerintah meluncurkan RUP ( Rencana Urgensi
Perekonomian). Program utamanya menumbuhkan dan mendorong industri kecil
pribumi dan memberlakukan pembatasan industri besar atau modern yang dimiliki
orang Eropa dan Cina.
2.3.
Klasifikasi industri berdasarkan tenaga kerja
Berdasarkan
jumlah tenaga kerja yang digunakan, industri dapat dibedakan menjadi:
1.
Industri rumah tangga, yaitu
industri yang menggunakan tenaga kerja kurang dari empat orang. Ciri industri
ini memiliki modal yang sangat terbatas, tenaga kerja berasal dari anggota
keluarga, dan pemilik atau pengelola industri biasanya kepala rumah tangga itu
sendiri atau anggota keluarganya. Misalnya: industri anyaman, industri
kerajinan, industri tempe/tahu, dan industri makanan ringan.
2.
Industri kecil, yaitu
industri yang tenaga kerjanya berjumlah sekitar 5 sampai 19 orang, Ciri
industri kecil adalah memiliki modal yang relatif kecil, tenaga kerjanya
berasal dari lingkungan sekitar atau masih ada hubungan saudara. Misalnya:
industri genteng, industri batubata, dan industri pengolahan rotan.
3.
Industri
sedang, yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja sekitar 20 sampai
99 orang. Ciri industri sedang adalah memiliki modal yang cukup besar, tenaga
kerja memiliki keterampilan tertentu, dan pimpinan perusahaan memiliki kemapuan
manajerial tertentu. Misalnya: industri konveksi, industri bordir, dan industri
keramik.
4.
Industri besar, yaitu
industri dengan jumlah tenaga kerja lebih dari 100 orang. Ciri industri besar
adalah memiliki modal besar yang dihimpun secara kolektif dalam bentuk
pemilikan saham, tenaga kerja harus memiliki keterampilan khusus, dan pimpinan
perusahaan dipilih melalui uji kemampuan dan kelayakan (fit and profer test).
Misalnya: industri tekstil, industri mobil, industri besi baja, dan industri
pesawat terbang.
Selain
klasifikasi perusahaan industri berdasarkan tenaga kerja, adapun klasifikasi
industri berdasarkan lokasi usaha. Keberadaan suatu industri sangat menentukan
sasaran atau tujuan kegiatan industri. Berdasarkan lokasi unit usahanya,
industri dapat dibedakan menjadi :
a.
Industri berorientasi pada pasar (market oriented
industri), yaitu industri yang didirikan mendekati daerah persebaran
konsumen.
b.
Industri berorientasi pada tenaga kerja (employment
oriented industri), yaitu industri yang didirikan mendekati daerah
pemusatan penduduk, terutama daerah yang memiliki banyak angkatan kerja tetapi
kurang pendidikannya.
c.
Industri berorientasi pada pengolahan (supply
oriented industri), yaitu industri yang didirikan dekat atau di tempat
pengolahan. Misalnya: industri semen di Palimanan Cirebon (dekat dengan batu
gamping), industri pupuk di Palembang (dekat dengan sumber pospat dan amoniak),
dan industri BBM di Balongan Indramayu (dekat dengan kilang minyak).
d.
Industri berorientasi pada bahan baku, yaitu
industri yang didirikan di tempat tersedianya bahan baku. Misalnya: industri
konveksi berdekatan dengan industri tekstil, industri pengalengan ikan
berdekatan dengan pelabuhan laut, dan industri gula berdekatan lahan tebu.
e.
Industri yang tidak terikat oleh persyaratan yang
lain (footloose industri), yaitu industri yang didirikan tidak
terikat oleh syarat-syarat di atas. Industri ini dapat didirikan di mana saja,
karena bahan baku, tenaga kerja, dan pasarnya sangat luas serta dapat ditemukan
di mana saja. Misalnya: industri elektronik, industri otomotif, dan industri
transportasi.
2.4. Klasifikasi
industri berdasarkan proses produksi
Berdasarkan proses produksi, industri dapat dibedakan
menjadi :
1.
Industri hilir, yaitu industri yang mengolah barang
setengah jadi menjadi barang jadi sehingga barang yang dihasilkan dapat
langsung dipakai atau dinikmati oleh konsumen. Misalnya: industri pesawat
terbang, industri konveksi, industri otomotif, dan industri meubel.
2.
Industri hulu, yaitu industri yang hanya mengolah
bahan mentah menjadi barang setengah jadi. Industri ini sifatnya hanya
menyediakan bahan baku untuk kegiatan industri yang lain. Misalnya: industri
kayu lapis, industri alumunium, industri pemintalan, dan industri baja.
2.5.Klasifikasi industri berdasarkan Surat Keputusan
Menteri Perindustrian
Selain
pengklasifikasian industri tersebut di atas, ada juga pengklasifikasian
industri berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perindustrian Nomor 19/M/ I/1986
yang dikeluarkan oleh Departemen Perindustrian dan Perdagangan. Adapun pengklasifikasiannya
adalah sebagai berikut :
a. Industri Kimia Dasar (IKD)
Industri Kimia Dasar merupakan industri yang memerlukan
modal yang besar, keahlian yang tinggi, dan menerapkan teknologi maju. Adapun
industri yang termasuk kelompok IKD adalah sebagai berikut :
1. Industri elektronika, misalnya : radio,
televisi, dan komputer.
2. Industri mesin listrik, misalnya :
transformator tenaga dan generator.
3. Industri kereta api, misalnya : lokomotif
dan gerbong.
4 Industri
kendaraan bermotor (otomotif), misalnya : mobil, motor, dan suku cadang kendaraan bermotor.
5. Industri pesawat, misalnya : pesawat
terbang dan helikopter.
6. Industri
logam dan produk dasar, misalnya : industri besi baja, industri alumunium, dan
industri tembaga.
7. Industri perkapalan, misalnya :
pembuatan kapal dan reparasi kapal.
8. Industri mesin dan peralatan pabrik,
misalnya : mesin produksi, peralatan pabrik, dan peralatan kontruksi.
b. Industri Mesin Logam Dasar dan
Elektronika (IMELDE)
Industri ini merupakan industri yang mengolah bahan
mentah logam menjadi mesin-mesin berat atau rekayasa mesin dan perakitan.
Adapun yang termasuk industri ini adalah sebagai berikut :
1. Industri
mesin dan perakitan alat-alat pertanian, misalnya : mesin traktor, mesin hueler,
dan mesin pompa.
2. Industri
alat-alat berat/konstruksi, misalnya : mesin pemecah batu, buldozer, excavator,
dan motor grader.
3. Industri
mesin perkakas, misalnya : mesin bubut, mesin bor, mesin gergaji, dan mesin
pres.
c. Industri Kecil
(IK)
Industri ini merupakan industri yang bergerak dengan
jumlah pekerja sedikit, dan teknologi sederhana. Biasanya dinamakan industri
rumah tangga, misalnya : industri kerajinan, industri alat-alat rumah tangga,
dan perabotan dari tanah (gerabah).
d. Industri
Pariwisata
Industri ini merupakan industri yang menghasilkan nilai
ekonomis dari kegiatan wisata. Bentuknya bisa berupa wisata seni dan budaya
(misalnya : pertunjukan seni dan budaya), wisata pendidikan (misalnya :
peninggalan, arsitektur, alat-alat observasi alam, dan museum geologi), wisata
alam (misalnya : pemandangan alam di pantai, pegunungan, perkebunan, dan
kehutanan), dan wisata kota (misalnya : melihat pusat pemerintahan, pusat
perbelanjaan, wilayah pertokoan, restoran, hotel, dan tempat hiburan).
2.6. Pengertian Perusahaan Manufaktur
Manufaktur
adalah suatu cabang industri yang mengaplikasikan mesin, peralatan dan tenaga
kerja dan suatu medium proses untuk mengubah bahan mentah menjadi barang jadi
untuk dijual.
Istilah
ini bisa digunakan untuk aktivitas manusia, dari kerajinan tangan sampai ke
produksi dengan teknologi tinggi, namun demikian istilah ini lebih sering
digunakan untuk dunia industri, dimana bahan baku diubah menjadi barang jadi
dalam skala yang besar.
Manufaktur
ada dalam segala bidang sistim ekonomi. Dalam ekonomi pasar bebas,
manufakturing biasanya selalu berarti produksi secara masal untuk dijual ke
pelanggan untuk mendapatkan keuntungan.
Kata
manufaktur berasal dari bahasa Latin manus factus yang berarti dibuat dengan tangan.
Kata manufacture muncul pertama kali tahun 1576, dan kata manufacturing muncul
tahun 1683. Manufaktur, dalam arti yang paling luas, adalah proses merubah
bahan baku menjadi produk. Proses ini meliputi:
(1) perancangan
produk,
(2) pemilihan
material, dan
(3) tahap-tahap
proses dimana produk tersebut dibuat.
Pada
konteks yang lebih modern, manufaktur melibatkan pembuatan produk dari bahan
baku melalui bermacam-macam proses, mesin dan operasi, mengikuti perencanaan
yang terorganisasi dengan baik untuk setiap aktifitas yang diperlukan.
Mengikuti definisi ini, manufaktur pada umumnya adalah suatu aktifitas yang
kompleks yang melibatkan berbagai variasi sumberdaya dan aktifitas
sebagaiberikut:
- Perancangan
Produk - Pembelian - Pemasaran
- Mesin dan perkakas
- Manufacturing - Penjualan
- Perancangan
proses - Production control - Pengiriman
- Material -
Support services - Customer service
Hal-hal
di atas telah melahirkan disiplin ilmu tentang teknik manufaktur. Sesuai dengan
definisi manufaktur, keilmuan teknik manufaktur mempelajari perancangan produk
manufaktur dan perancangan proses pembuatannya serta pengelolaan sistem
produksinya (sistem manufaktur). Meskipun teknik manufaktur pada berbagai
perguruan tinggi memiliki ke-khas-an sendiri-sendiri namun selalu ada bagian
yang sama pada jurusan-jurusan tersebut. Keilmuan teknik manufaktur selalu
berbasis kepada aktifitas pembuatan produk manufaktur yang melibatkan berbagai
aktifitas dan sumberdaya seperti yang telah diuraikan di atas.
Jika
dicermati, bidang ilmu teknik manufaktur sesungguhnya merupakan sinergi
(gabungan yang saling menguatkan) dari jurusan teknik mesin dan teknik
industri. Dari teknik mesin diadopsi ilmu-ilmu yang terkait dengan perancangan
produk dan perancangan proses pembuatan, sedangkan dari teknik industri
diadopsi ilmu-ilmu yang terkait dengan pengelolaan sistem di industri
manufaktur (industri yang menghasilkan produk manufaktur). Dengan demikian akan
ada beberapa matakuliah yang bisa dijumpai terdapat pada ketiga jurusan
tersebut (overlapping).
Karena
sinergi tersebut, di beberapa perguruan tinggi yang belum memiliki teknik
manufaktur sebagai jurusan tersendiri, keilmuan teknik manufaktur biasanya
menjadi bagian dari jurusan teknik mesin atau teknik industri. Dengan demikian
banyak bidang ilmu di kedua jurusan tersebut yang juga dipelajari di jurusan
teknik manufaktur.
Seperti
yang telah dituliskan sebelumnya, teknik manufaktur berhubungan dengan
produk-produk manufaktur. Yang dimaksud produk manufaktur di sini adalah
produk-produk yang pembuatannya melalui berbagai proses manufaktur. Sebagai
ilustrasi, mari kita perhatikan dan kita periksa beberapa obyek di sekitar
kita: arloji, kursi, stapler, pensil, kalkulator, telpon, panci dan pemegang
lampu. Kita segera akan menyadari bahwa semua obyek tersebut mempunyai bentuk
yang berbeda. Benda-benda tersebut tidak akan bisa kita jumpai ada di alam ini
sebagaimana seolah-olah tersedia begitu saja di ruangan kita. Benda-benda
tersebut telah ditransformasikan (diciptakan/dibuat) dari berbagai material dan
dirakit hingga menjadi benda-benda yang kita pergunakan sehari-hari.
Beberapa
obyek terdiri dari satu komponen, seperti paku, baut, kawat, gantungan baju.
Namun demikian, kebanyakan obyek – mesin pesawat terbang (ditemukan tahun
1939), ballpoint (1938), panggangan roti (1926), mesin cuci (1910), AC (1928),
lemari es (1931), mesin fotocopy (1949), dan semua jenis mesin, serta ribuan
produk lainnya - dibangun dari perakitan sejumlah komponen yang terbuat dari
berbagai jenis material. Semua komponen tersebut dibuat melalui berbagai proses
yang disebut manufaktur (manufacturing). Di samping produk-produk akhir
tersebut, manufaktur juga melibatkan aktifitas dimana produk yang dibuat
dipergunakan untuk membuat produk. Produk tersebut adalah mesin-mesin yang
dipakai untuk membuat berbagai macam produk. Misalnya mesin press untuk membuat
plat lembaran menjadi bodi mobil, mesin-mesin untuk membuat komponen, atau
mesin jahit untuk memproduksi pakaian. Aspek yang sama pentingnya adalah
perbaikan dan perawatan (service and maintenance) mesin-mesin tersebut selama
umur hidupnya.
Contoh
Permasalahan Dalam Pengembangan Produk Manufaktur
Sebagai
contoh permasalahan di dalam perancangan dan pembuatan produk manufaktur,
berikut ini diilustrasikan bagaimana permasalahan di dalam perancangan dan
pembuatan paper clip. Paper clip, benda yang sangat sederhana yang kita jumpai
sehari-hari, dikembangkan pertamakali oleh Johan Vaaler, seorang warganegara
Norwegia dan menerima hak paten pada tahun 1901.
Anggaplah
bahwa kita akan memproduksi paper clip. Sebelum proses produksi berlangsung,
langkah pertama adalah merancang paper clips tersebut. Pada proses merancang
produk tersebut, berbagai pertanyaan akan muncul, material jenis apa yang akan
dipilih untuk membuat produk tersebut? Apakah material logam atau non logam
seperti plastik? Jika dipilih logam, logam jenis apa? Jika dipilih material
kawat, berapakah diameternya? Apakah penampangnya harus berbentuk bundar atau
ada yang berbentuk lain? Jika kehalusan permukaan kawatnya penting, seberapa
kasar seharusnya? Bagaimana caranya membentuk paper clip dari kawat tersebut?
Apakah ditekuk dengan tangan atau dengan menggunakan alat bantu? Jika
diperlukan, mesin apa yang harus dirancang atau dibeli untuk membuat
memproduksinya? Jika sebagai perusahaan mendapatkan order 100 buah clip atau 1
juta clip, apakah pendekatan manufakturnya akan berbeda?
Kekakuan
dan kekuatan juga tergantung kepada diameter kawat dan desain klip. Termasuk di
dalam proses perancangan adalah pertimbangan-pertimbangan seperti jenis
(style), penampilan fisik (appearance) dan kehalusan permukaan dari clip
tersebut. Perhatikan, misalnya, bahwa beberapa jenis klip memiliki goresan di
permukaannya, untuk memberikan gaya tekan yang lebih baik.
Setelah
menyelesaikan perancangan, material yang cocok harus dipilih. Pemilihan
material memerlukan pengetahuan tentang kebutuhan akan fungsi dan pemakaian
produk tersebut, dan ini mengarahkan kepada pemilihan material yang tersedia
secara ekonomis untuk memenuhi tuntutan tersebut pada harga yang sedapat
mungkin paling murah. Pemilihan material juga melibatkan pertimbangan akan
ketahanannya terhadap korosi, karena clip seringkali dipegang dan kontak dengan
kotoran serta gangguan lingkungan lainnya. Perhatikan, kadang-kadang ada bekas karat
akibat yang ditinggalkan oleh clip pada kertas yang disimpan pada waktu yang
lama.
Banyak
hal tentang clip ini yang harus ditanyakan. Apakah material yang dipilih bisa
menahan lekukan (bending) pada saat proses pembuatan, tanpa retak atau patah?
Bisakah kawat dipotong tanpa mengakibatkan keausan pada pisaunya? Akankah bekas
potongannya halus atau meninggalkan permukaan yang tajam?
Akhirnya,
metode pembuatan apakah yang paling ekonomis pada laju produksi yang
diperlukan, sehingga kompetitif di pasar dan menghasilkan keuntungan.
Selanjutnya, metode pembuatan yang tepat dengan perkakas yang tepat, mesin dan
peralatan harus dipilih untuk membentuk kawat menjadi paper clip.
Contoh
di atas adalah contoh berbagai masalah di dalam produksi suatu produk yang relatif
sederhana, pada produk-produk lain mungkin akan dijumpai masalah-masalah yang
jauh lebih rumit. Terutama bila produk tersebut melibatkan teknologi tinggi dan
diproduksi dalam jumlah banyak sehingga melibatkan banyak mesin, fasilitas
maupun tenaga kerja. Sebuah mobil, misalnya, terdiri dari sekitar 15.000
komponen, pesawat terbang transport C-5A terbuat dari lebih dari empat juta
komponen dan pesawat Boeing 747-700 terbuat dari enam juta komponen. Semuanya
dibuat dengan bermacam-macam proses yang disebut manufaktur (manufacturing).
Dengan demikian bisa dibayangkan luasnya area industri manufaktur, mulai dari
yang paling sederhana hingga yang paling canggih. Bagi kebanyakan negara
industri, manufaktur merupakan tulang punggung perekonomian. Sebagai aktifitas
ekonomi manufaktur menyumbang 20 hingga 30% nilai dari produk dan jasa yang
dihasilkan di suatu negara.
Kenyataan
itu telah membuktikan bahwa peluang sarjana teknik manufaktur masih terbentang
luas.
2.7. Jenis-Jenis Perusahaan Industri Manufaktur
Manufaktur adalah komponen besar dari ekonomi modern.
Semuanya dari merajut untuk ekstraksi minyak untuk produksi baja berada di
bawah deskripsi manufaktur. Konsep manufaktur terletak pada gagasan mengubah
bahan baku, baik organik atau anorganik, menjadi produk yang digunakan oleh
masyarakat. Biro Statistik Tenaga Kerja Amerika mengklasifikasikan manufaktur
menjadi ratusan subfield dan sub-subbidang. Daftar ini akan menyederhanakan ke
dalam enam sektor umum.
1.
Pakaian dan Tekstil
Pakaian dan tekstil yang berbasis di sekitar pengolahan
wol mentah untuk membuat kain, serta merajut dan menjahit untuk membuat
pakaian. Industri ini mencakup penjahit dan semua yang terlibat dengan kain dan
menjahit. Ini juga mencakup semua penggunaan produk wol dan baku lainnya untuk
membuat handuk dan seprai. Sintetis seperti polyester dimasukkan dalam
manufaktur kimia. Materi, bukan produk, adalah di pusat mendefinisikan sektor
ini.
2.
Minyak, Kimia dan
Plastik
Sektor ini terlibat dalam mengganti oli bahan kimia,
batubara dan minyak mentah menjadi produk yang dapat digunakan. Bagian dari
sektor ini meliputi pembuatan sabun, resin, cat dan pestisida. Hal ini juga
mencakup pembuatan obat-obatan. Karet manufaktur dianggap sebagai bagian dari
pekerjaan plastik. Tentu saja, itu juga mencakup penggunaan minyak mentah untuk
membuat plastik tertentu, serta bensin dan bahan kimia lainnya.
3.
Elektronika,
Komputer dan Transportasi
Bidang ini erat terkait, meskipun biasanya mereka
diperlakukan sebagai bidang yang berbeda. Banyak produk di bidang ini menggunakan
daya listrik, dan semua menggunakan sumber daya. Bidang ini mencakup semua
peralatan dan mikro-prosesor, semi-konduktor dan chip. Ini juga mencakup semua
peralatan audio-visual. Sektor transportasi mendefinisikan diri, termasuk
semua, kereta api mobil dan pesawat yang tidak jatuh di bawah sektor lain,
seperti pekerjaan logam atau manufaktur kimia.
4.
Makanan
Pangan, pertanian dan peternakan penggalangan adalah yang
paling sederhana dari semua industri manufaktur. Dimasukkannya pertanian hari
ke manufaktur menunjukkan bagaimana pertanian telah berubah selama
bertahun-tahun, lebih meniru sebuah pabrik untuk produksi pangan dari pertanian
organik-gaya abad yang lalu. Sektor ini mencakup semua bentuk produksi pangan,
dari peternakan ke meja makan, termasuk hal-hal seperti pengalengan dan
memurnikan.
5.
Logam
Seiring dengan minyak dan manufaktur kimia, logam juga
merupakan bagian dari apa yang sering disebut “industri berat,” sementara
sisanya dari sektor kadang-kadang disebut “industri ringan,” atau “berorientasi
konsumen industri.” Logam mencakup semua besi, manufaktur aluminium dan baja,
serta keterampilan penempaan, pelapisan ukiran, dan stamping.
6.
Kayu, Kulit dan
Kertas
Produk-produk ini semua agak sederhana untuk
mendefinisikan dan memahami. Kayu mencakup semua bentuk lantai manufaktur atau
perumahan, serta menggergaji dan laminating. Kulit mencakup semua penyamakan
dan menyembuhkan (sementara penciptaan pakaian kulit berada di bawah tekstil).
Proses kertas dilambangkan oleh pembersihan dari pulp kayu mentah menjadi
produk kertas dari berbagai jenis.
2.8. Karakteristik Perusahaan Manufaktur
Karakteristik
perusahaan manufaktur memiliki sifat yang berbeda dengan jenis perusahaan jasa.
Konsep perbedaan karakter ini menjadi salah satu hal yang menyebabkan perbedaan
strategi kedua jenis perusahaan ini memiliki perbedaan.
Salah
satu strategi yang mempertimbangkan masalah karakteristik perusahaan manufaktur
ini terkait dengan penetapan konsep 4P dalam pemasaran mereka. Yaitu meliputi
Product, Price, Place dan Promotion. Sebuah perusahaan manufaktur harus
mempertimbangkan produk apa yang akan mereka ciptakan serta menentukan harga
jual pada produk tersebut.
Jika
antara produk dan harga sudah terselesaikan, hal selanjutnya yang perlu
dipikirkan adalah tentang Place, yaitu dimana produk tersebut hendak
dipasarkan. Agar bisa meraih konsumen dalam proses pemasaran produk tersebut,
perusahaan harus bisa menciptakan komunikasi pemasaran dalam rangka pelaksanaan
proses promosi.
Hal
ini demi memperkenalkan masyarakat tentang sebuah produk dan juga nilai penting
produk tersebut bagi masyarakat. Selain itu, masyarakat juga akan diedukasi
dimana bisa mendapatkan produk yang dipasarkan tersebut.
Sebagai
perusahaan yang memproduksi barang, maka karakteristik perusahaan manufaktur
lebih bersifat komplek. Sebab, hal ini terkait dengan sistem yang dijalankan
perusahaan tersebut. Untuk jenis perusahaan jasa, tidak melewati masa produksi
barang. Mereka hanya bersifat sebagai perantara antara penyedia kebutuhan dan
pengguna saja.
Beberapa
karakteristik perusahaan manufaktur menurut teori adalah sebagai berikut :
a.
Produk
yang dihasilkan bisa dilihat secara kasat mata atau memiliki wujud. Sementara
pada perusahaan jasa, produk yang mereka hasilkan yakni jasa, tidak bisa
dilihat namun hanya bisa dirasakan.
b.
Konsumen
tidak memiliki peran dalam proses produksi sebuah perusahaan manufaktur. Dalam
karakteristik perusahaan manufaktur ini, konsumen hanya akan menikmati hasil
produksi saja.
c.
Konsumen
bisa menilai suatu produk saat belum menggunakan produk tersebut atau juga
setelah menggunakan produk tersebut. Sedangkan pada perusahaan jasa, seorang
konsumen harus mengkonsumsi layanan jasa untuk bisa memberikan penilaian atas
produk yang dihasilkan perusahaan jasa.
d.
Untuk
proses penyampaian pada konsumen, bisa dilakukan tanpa memerlukan kontak fisik.
Salah satunya melalui jasa distributor atau memanfaatkan sistem pemasaran
modern menggunakan internet.
e.
Adanya
ketergantungan konsumen untuk mencari produk yang ada. Sehingga, produsen
memiliki kewenangan mutlak untuk menyediakan jumlah barang di pasaran. Hal ini
berdampak pada harga jual sebuah produk. Karena makin sedikit barang yang
tersedia, makin tinggi harga produk tersebut jika permintaan tidak berkurang.
2.9.
Peranan Sektor Industri dalam Pembangunan Ekonomi
Industrialisasi
sebenarnya merupakan satu jalur kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan
rakyat dalam arti tingkat yang lebih maju maupun taraf hidup yang lebih
bermutu. Dengan kata lain, pembangunan industri itu merupakan suatu fungsi dari
tujuan pokok kesejahteraan rakyat, bukan merupakan kegiatan yang mandiri untuk
hanya sekedar mencapai fisik saja.
Industrialisasi
juga tidak terlepas dari usaha untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia dan
kemampuannya memanfaatkan secara optimal sumber daya alam dan sumber daya
lainya. Hal ini berarti pula sebagai suatu usaha untuk meningkatkan
produktivitas tenaga manusia disertai usaha untuk meluaskan ruang lingkup
kegiatan manusia. Dengan demikian dapat diusahakan secara “vertikal” semakin
besarnya nilai tambah pada kegiatan ekonomi dan sekaligus secara “horizontal”
semakin luasnya lapangan kerja produktif bagi penduduk yang semakin bertambah.
Banyak pendapat muncul bahwa industri itu mempunyai peranan penting sebagai
sektor pemimpin (leading sektor). Sektor pemimpin ini maksudnya adalah dengan
adanya pembangunan industri maka akan memacu dan mengangkat pembangunan
sektor-sektor lainya seperti sektor pertanian dan sektor jasa. Pertumbuhan
industri yang pesat akan merangsang pertumbuhan sektor pertanian untuk
menyediakan bahan-bahan baku bagi industri. Sektor jasapun berkembang dengan
adanya industrialisasi tersebut, misalnya berdirinya lembaga-lembaga keuangan,
lembaga-lembaga pemasaran/periklanan, dan sebagainya, yang kesemuanya itu nanti
akan mendukung lajunya pertumbuhan industri. Seperti diungkapkan sebelumnya,
berarti keadaan menyebabkan meluasnya peluang kerja yang pada akhirnya akan
meningkatkan pendapatan dan permintaan masyarakat (daya beli). Kenaikan
pendapatan dan peningkatan permintaan (daya beli) tersebut menunjukkan bahwa
perekonomian itu tumbuh sehat
UNIDO
(United Nations for Industrial Development Organization) mengelompokkan
negara-negara sebagai berikut (Muhammad, 1992) :
1. Kelompok
negara non-industri apabila sumbangan sektor industri terhadap PDB kurang dari
10 persen.
2. Kelompok
negara dalam proses industrialisasi apabila sumbangan tersebut antara 10-20
persen.
3. Kelompok
negara semi industrialisasi jika sumbang tersebut antara 20-30 persen.
4. Kelompok
negara industri jika sumbangan tersebut lebih dari 30 persen.
Perroux
mengatakan, pertumbuhan tidak muncul di berbagai daerah pada waktu yang sama.
Pertumbuhan hanya terjadi di beberapa tempat yang disebut pusat pertumbuhan
dengan intensitas yang berbeda. Inti pendapat Perroux (dalam Muhammad, 1992)
adalah sebagai berikut :
1. Dalam
proses pembangunan akan timbul industri pemimpin yang merupakan industri penggerak
utama dalam pembangunan suatu daerah. Karena keterkaitan antar industri sangat
erat, maka perkembangan industri pemimpin akan mempengaruhi perkembangan
industri lain yang berhubungan erat dengan industri pemimpin tersebut.
2. Pemusatan
industri pada suatu daerah akan mempercepat pertumbuhan perekonomian, karena
pemusatan industri akan menciptakan pola konsumsi yang berbeda antar daerah
sehingga perkembangan industri di daerah tersebut akan mempengaruhi
perkembangan daerah-daerah lainya.
3. Perekonomian
merupakan gabungan dari sistem industri yang relatif aktif dengan
industri-industri yang relatif pasif yaitu industri yang tergantung dari
industri pemimpin atau pusat pertumbuhan. Daerah yang relatif maju atau aktif
akan mempengaruhi daerah-daerah yang relatif pasif.
2.10.
Keterkaitan antar Industri
Pendapat-pendapat
yang mendukung investasi dalam bidang industri sebagai suatu prioritas
pembangunan bukan hanya didasarkan pada hasil penelitian yang menunjukkan bahwa
pertumbuhan industri menyertai pembangunan. Para penganjur industri menunjukkan
bahwa industri merupakan suatu sektor pemimpin karena industri tersebut
merangsang dan mendorong investasi-investasi di sektor-sektor lain juga. Pola
perkembangan industri dimana barang hasil produksi suatu industri dimanfaatkan
oleh industri lainnya adalah bentuk keterkaitan antar industri.
Konsep
pertumbuhan tidak seimbang menunjukkan bahwa pertumbuhan yang cepat dari satu
atau beberapa industri mendorong perluasan industri-industri lainnya yang
terkait dengan sektor industri yang tumbuh lebih dahulu tersebut.
Keterkaitan-keterkaitan ini bisa keterkaitan ke belakang, misalnya industri
tekstil menyebabkan peningkatan produksi kapas atau zat-zat pewarna untuk
disediakan bagi industri tekstil tersebut. Keterkaitan tersebut bisa juga
keterkaitan ke depan, misalnya adanya industri tekstil domestik mendorong
tumbuhnya investasi dalam industri pakaian jadi.
2.11. Industri
dan Tujuan Pembangunan
Setelah
melihat industri dari berbagai perspektif, maka dapat disimpulkan peranan yang
diharapkan dari industri terhadap pembangunan. Pertama, industrialisasi
bukanlah suatu “obat yang paling mujarab” untuk mengobati keterbelakangan.
Tidak ada satupun faktor produksi, atau kebijaksanaan, atau sektor, yang bisa
menyelesaikan secara sendiri-sendiri proses pembangunan. Demikian pula halnya
dengan industri. Tetapi sektor industri mempunyai 2 pengaruh yang penting dalam
setiap program pembangunan. Pertama, produktivitas yang lebih besar dalam
industri merupakan kunci untuk meningkatkan pendapatan per kapita. Kedua,
industri pengolahan memberikan kemungkinan-kemungkinan yang lebih besar bagi
Industri Subsitusi Impor (ISI) yang efesien dan meningkatkan ekspor daripada
industri primer.
Jika
industrialisasi bukan merupakan obat yang mujarab bagi keterbelakangan,
demikian juga halnya pembangunan perdesaan. Masing-masing membutuhkan yang
lainnya, dan akan gagal jika pertumbuhan tidak seimbang serta terlalu
jauh. Industri bisa menyediakan input-input produktif, terutama pupuk dan
peralatan pertanian yang sederhana, bagi pertanian. Jika kebijaksanaan luar
negeri dijalankan dan industri pengolahan telah efisien, input-input tersebut
bisa ditawarkan dengan harga yang lebih murah daripada harga impor. Hubungan
tersebut bisa kebalikannya, karena pertanian menyediakan bahan-bahan baku untuk
industri, misalnya kapas, tembakau atau karet.
Pertanian
dan industri juga saling menyediakan pasar bagi barang-barang produksinya
masing-masing. Jika pendapatan sektor pertanian tersebut tumbuh secara merata.
Dimana di butuhkan land-reform dan pembangunan pedesaan yang sangat meluas,
maka industri akan menikmati pasar yang lebih luas bagi barang-barang
konsumsinya. Sejalan dengan itu. Pertumbuhan pendapatan di perkotaan yang
didorong oleh perluasan industri, akan mendorong pertumbuhan output
pertanian dan produktivitas melalui kenaikan permintaan akan pangan. Namun
demikian, kunci dari permintaan akan pangan tersebut adalah tingkat pengerjaan
yang meningkat dan perbaikan distribusi pendapatan di perkotaan.
2.12.
Industri Subsitusi Impor (ISI)
Salah satu
strategi industrialisasi yang dilaksanakan Indonesia, sejak zaman pemerintahan
Orde Baru adalah Industri Subsitusi Impor (ISI). ISI ini diharapkan bisa
menghasilkan barang-barang baru dalam negeri yang semula diimpor. Setelah
subsitusi impor berhasil, baru kemudian sebagian hasil produknya diekspor. Jadi
subsitusi impor ini memegang peranan penting dalam mengenalkan barang-barang
baru yang dulunya diimpor dan kemudian dihasilkan sendiri.
Alasan
untuk mengadakan ISI ini sebenarnya berbeda-beda antara suatu negara dengan
negara lain. Namun demikian, berikut dijelaskan beberapa alasan
penting.
ISI
dimaksudkan untuk mengurangi atau menghemat penggunaan devisa. Seperti
diketahui, hampir semua negara berkembang seringkali mengalami kekurangan
devisa. Oleh karena itu, devisa yang sedikit harus digunakan secara efektif dan
efesien.
Dengan
adanya ISI biasanya pemerintah melakukan proteksi terhadapnya dengan cara
pembatasan barang-barang impor. Pembatasan barang-barang impor tersebut tentu
saja akan mengurangi jumlah barang-barang impor, sementara itu permintaan di dalam
negeri masih tetap besar, sehingga pada akhirnya para pengusaha dalam negeri
terdorong untuk meningkatkan produksi barang-barang yang terkena pembatasan
impor tersebut. Dengan kata lain, ISI ini bisa merangsang kegiatan ekonomi para
pengusaha di dalam negeri.
ISI bisa
dimaksudkan untuk segera dapat memenuhi kebutuhan sendiri akan berbagai barang
industri dan juga karena semangat kemerdekaan yang timbul di negara berkembang,
yang kemudian diikuti pula oleh keinginan untuk mencapai kemerdekaan dalam bidang
ekonomi.
Alasan
lain bagi adanya ISI adalah untuk mengembangkan kegiatan ekonomi di dalam
negeri. Walaupun suatu negara tidak mengalami kesulitan devisa, tetapi untuk
memajukan perekonomian dan mendorong timbulnya industri-industri utama
di dalam negeri, Negara tersebut melakukan proteksi dan memberikan
berbagai macam fasilitas kepada para pengusaha. Dengan demikian keuntungan yang
diperoleh para pengusaha bisa meningkat dan dapat mendorong kegiatan ekonomi
lebih lanjut.
Dalam
pelaksanaannya kebijaksanaan ISI, ada berbagai masalah yang dihadapi oleh
negara berkembang yang melaksanakannya. Pertama, kualitas barang yang
dihasilkan. Kualitas barang yang dihasilkan di dalam negeri sebagai barang
subsitusi impor sering jauh lebih rendah daripada hasil produksi luar negeri.
Kualitas yang rendah ini akan sulit untuk diekspor. Dengan demikian, ISI
bukannya menghemat penggunaan devisa tetapi juga menurunkan penerimaan ekspor.
Kedua, biaya produksi.pada tahap awal industrialisasi bisanya dibutuhkan biaya
yang sangat besar digunakan untuk tenaga kerja, membeli mesin-mesin, dan
membeli bahan-bahan baku yang diperlukan. Jadi modal yang diperlukan sangat
banyak. Jika suatu negara mempuyai modal yang sedikit, maka dalam tahap awal
indutrialisasinya terpaksa mendatangkan modal dan tenaga kerja dari luar
negeri.
1.
Kaitan sektor pertanian dengan sektor industri
Pengalaman beberapa negara berkembang, antara lain India,
RRC dan Filipina, telah menunjukan bahwa suatu sektor pertanian yang
pertumbuhannya lamban dapat menghambat pertumbuhan ekonomi pada umumnya dan
sektor industri pada khususnya. Hal ini dapat terjadi karena produksi pertanian
yang lamban akan meningkatkan harga pangan, sehingga tingkat upah juga
cenderung naik, sehingga pada akhirnya akan dapat menghambat pertumbuhan sektor
industri.
2.
Skala ekonomis
Dapat
memberikan dorongan yang lebih kuat kepada perusahaan-perusahaan yang baru
daripada strategi ISI, karena perusahaan-perusahaan ini dapat menyusun rencana
investasi, produksi, dan pemasaran mereka atas dasar potensi pasar domestik dan
pasar ekspor. Dengan strategi promosi ekspor sejak semula dapat dibangun pabrik
dengan skala ekonomi yang efisien, oleh karena dalam membangun pabrik-pabrik
tersebut para pengusaha sudah merencanakan untuk memasarkan sebagian dari produksi
mereka di pasar dunia.
3.
Dampak persaingan atas prestasi perusahaan
Produksi
pertanian yang lamban akan meningkatkan harga pangan, sehingga tingkat upah
juga cenderung naik, sehingga pada akhirnya akan dapat menghambat pertumbuhan
sektor industri. Suatu segi positif yang penting dari strategi promosi ekspor
adalah bahwa persaingan di pasar ekspor mengharuskan para pengusaha untuk
menjajaki berbagai cara untuk menekan biaya produksi mereka sampai ke tingkat
yang serendah-rendahnya, sehingga hasil produksi mereka dapat bersaing dalam
harga di pasar ekspor.
4.
Kekurangan devisa atas pertumbuhan ekonomi
Jika kekurangan devisa dapat menghambat pertumbuhan
ekonomi yang pesat pada tingkat makro ekonomi, skala investasi nasional
perlu dikurangi, jika diperkirakan bahwa pada tahun mendatang akan
dihadapi masalah kekurangan devisa.
2.13. Tantangan
Perkembangan Sektor Industri dan Kontribusi Bagi Masyarakat
Tantangan
perkembangan sektor industri
1)
Meningkatnya daya saing dan keunggulan kompetitif
industri nasional yang mengandalkan pada keterampilan dan kreativitas
sumber daya manusia, kemampuan teknologi dan kemampuan manajemen dengan
tetap memanfa atkan keungulan komparatif yang dimiliki.
2)
Peningkatan kemampuan tenaga kerja industrial yang ahli
dan trampil dalam jumlah dan mutu yang sesuai dengan kebutuhan berbagai jenis
industri termasuk mendorong untuk menguasai dan melaksanakan pengalihan
berbagai jenis teknologi guna mendukung proses industrialisasi
3)
Menumbuhkan motivasi dan daya kreasi inovatif yang luas
serta menciptakan iklim usaha dan persaingan yang sehat termasuk perlindungan
hasil inovasi.
4)
Menggerakkan tabungan masyarakat dan menyalurkannya ke
arah investasi yang produktif di sektor industri, dan secara efektif mampu
memberikan dampak ganda terhadap proses akumulasi modal.
5)
Mengembangkan iklim investasi dan berbagai sistem
insentif yang dapat lebih meningkatkan daya tarik investasi di sektor indsutri
6)
Perluasan basis pendukung industri dengan mengembangkan
keterkaitan, persebaran, struktur produksi-ekspor-impor sebagai prasyarat
terciptanya struktur industri yang kukuh
7)
Membangun perangkat kelembagaan yang mantap sehingga
sektor industri senantiasa mampu tanggap dan terandalkan dalam menghadapi
berbagai perkembangan ataupun perubahan yang timbul
8)
Mengembangkan dan mempercepat pertumbuhan industri kecil
dan menengah secara lebih terarah, terpadu dan efektif sehingga menjadi tulang
punggung struktur industri nasional
9)
Meningkatkan kemampuan industri kecil dan menengah yang
telah mulai berkembang untuk memanfaatkan relokasi industri yang berasal dari
negara maju ke Indonesia, khususnya industri skala menengah.
Menentukan
pilihan kebijakan yang tepat untuk melaksanakan pembangunan industri yang
berkelanjutan dan berwawasan lingkungan dengan pengaturan tata ruang yang tepat.
Dalam
upaya meningkatkan kepedulian terhadap masyarakat sekitar sekitar, ada berbagai
macam kegiatan yang dapat dilakukan oleh perusahaan dengan memberdayakan
masyarakat dalam bidang :
a.
Pengembangan Ekonomi misalnya kegiatan di bidan
pertanian, peternakan, koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM).
b.
Kesehatan dan Gizi Masyarakat misalnya penyuluhan,
pengobatan, pemberian gizi bagi balita, program sanitasi masyarakat dan
sebagainya.
c.
Pengelolaan Lingkungan misalnya penanganan limbah,
pengelolaan sampah rumah tangga, reklamasi dan penanganan dampak lingkungan
lainnya.
Pendidikan, Ketrampilan dan Pelatihan misalnya
pemberian beasiswa bagi siswa berprestasi dan siswa tidak mampu, magang atau
job training, studi banding, peningkatan ketrampilan, pelatihan dan pemberian
sarana pendidikan.Download File? Klik Link Dibawah
Related Posts
Subscribe Our Newsletter
If you're trying to lose kilograms then you certainly have to start following this brand new custom keto diet.
ReplyDeleteTo create this service, certified nutritionists, fitness trainers, and professional cooks have joined together to provide keto meal plans that are powerful, suitable, economically-efficient, and delicious.
From their first launch in January 2019, thousands of clients have already remodeled their body and well-being with the benefits a professional keto diet can offer.
Speaking of benefits; in this link, you'll discover eight scientifically-proven ones given by the keto diet.