BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Akhlak merupakan sifat yang tumbuh dan menyatu didalam diri seseorang.
Akhlak yang baik dan mulia akan mengantarkan kedudukan seseorang pada posisi
yang terhormat dan tinggi. Apabila akhlaq dan tingkah laku perbuatan yang baik
didalam kehidupan seseorang itu, maka dia akan memperoleh hasil yang baik pula.
Puncak dari semua akhlak yang mulia itu, kelak dikemudian hari akan dinikmati
oleh setiap ummat yang bertingkah laku dengan akhlak yang baik di dunia ini.
Akhlak bukanlah sekedar perilaku manusia yang bersifat dari lahir, tetapi
merupakan bagian dari dimensi kehidupan seorang muslim yang mencakup aqidah,
ibadah, akhlak dan syari’ah. Akhlak yang diajarkan oleh islam merupakan karakteristik
tersendiri, jika dibandingkan dengan norma – norma akhlak yang lain. Karena,
Akhlak merupakan peraturan yang datangnya dari Allah SWT sedangkan norma –
norma yang lain datangnya dari ciptaan manusia.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian Akhlak Islami
dan ruang lingkupnya ?
2.
Bagaimana proses
pembentukkan akhlak?
3.
Apa saja metode
tentang pembinaan akhlak?
4.
Bagaimana manfaat
akhlak mulia?
C.
Tujuan
1.
Untuk mengetahui
akhlak islami dan ruang lingkupnya.
2.
Untuk mengetahui
bagaimana proses pembentukan akhlak tersebut.
3.
Untuk mengetahui
metode tentang pembinaan akhlak.
4.
Untuk mengetahui apa
saja manfaat akhlak mulia.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Akhlak[1]
Menurut bahasa
(Etimologi) akhlak berasal dari bahasa arab yaitu akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqan,
merupakan jamaknya khuluqun yang artinya budi pekerti, perangai, tingkah laku
atau tabi’at. Akhlak sama dengan kesusilaan dan sopan santun. Khuluq merupakan
gambaran sifat batin manusia, gambaran bentuk lahiriah manusia, seperti raut
wajah, gerak anggota badan dan seluruh tubuh. Khuluq (Akhlak) dalam bahasa
yunani yaitu Ethicos atau ethos yang artinya adab kebiasaan, perasaan batin,
kecenderungan hati untuk melakukan perbuatan. Akhlak dalam kamus Al-Munjid
diartikan sebagai ilmu tata karma, ilmu yang berusaha mengenal tingkah laku
manusia, kemudian memberi nilai kepada perbuatan baik dan buruk sesuai norma –
norma dan tata susila.
Menurut Terminologi,
para ahli berbeda pendapat tentang akhlak tetapi sama – sama membahas tentang
perilaku manusia.[2]
Akhak menurut para ahli antara lain :
a. Menurut
Abduk Hamid, Akhlak adalah ilmu tentang keutamaan yang harus dilakukan dengan
cara mengikutinya sehingga jiwanya terisi dengan kebaikan, dan tentang
keburukan yang harus dihindarinya sehingga jiwanya kosong (bersih) dari segala bentuk
keburukan.
b. Menurut
Ibrahim Anis, Akhlak adalah ilmu yang objeknya membahas nilai – nilai yang
berkaitan dengan perbuatan manusia, dapat disifatkan dengan baik dan buruknya.
c. Menurut
Ahmad Amin, Akhlak adalah kebiasaan baik dan buruk.
d. Menurut
Soegarda Poerbakawatja, Akhlak adalah budi pekerti, watak, kesusilaan, dan
kelakuan baik yang merupakan akibat dari sikap jiwa yang benar terhadap
khaliknya dan terhadap sesame manusia.
e. Menurut
Hamzah Ya’qub, Akhlak adalah ilmu yang menentukan batas antara baik dan buruk,
antara terpuji dan tercela, tentang perkataan atau perbuatan manusia lahir dan
batin.
Dari
definisi berbagai pendapat di atas, dapat kita simpulkan bahwa akhlak adalah
keadaan jiwa yang mendorong melakukan suatu perbuatan secara spontan tanpa pertimbangan
dan proses berfikir terlebih dahulu dan tanpa ada unsur paksaan.[3]
Dorongan jiwa yang melahirkan perbuatan manusia pada dasarnya bersumber dari
kekuatan batin yang dimiliki oleh setiap manusia, yaitu :
1. Tabiat(pembawaan);
yaitu suatu dorongan jiwa yang tidak dipengaruhi oleh lingkungan manusia,
tetapi disebabkan oleh naluri(gharizah) dan factor warisan sifat-sifat dari
orang tuanya atau nenek moyangnya.
2. Akal
pikiran; yaitu dorongan jiwa yang dipengaruhi oleh lingkungan manusia setelah
melihat sesuatu, mendengarkanya, merasakan serta merabanya. Alat kejiwan ini
hanya dapat menilai sesuatu yang lahir (yang nyata)
3. Hati
nurani; yaitu dorongan jiwa yang hanya berpengaruh oleh alat kejiwaan yang
dapat menilai hal-hal yang sifatnya absrak (yang batin) karena dorongan ini
mendapatkan keterangan(ilham) dari allah swt.
Di
dalam Mu’jam al-Wasith disebutkan bahwa ilmu akhlak adalah:
تُوْصَفُ
بِاْلحَسَنِ وَ اْلقُبْحِ الَّتِى تُوْصَفُ بِاْلحَسَنِ وَ اْلقُبْحِ لأَعْمَالُ بِهِ
اْلأَعْمَالُ اَحْكَامٌ تَتَعَلَّقُ مَوْضُوْعُهُ اْلعِلْمُ
Artinya
: “Ilmu yang objek pembahasannya adalah
tentang nilai-nilai yang berkaitan dengan perbuatan manusia yang dapat
disifatkan dengan baik atau buruk.”
Ayat
tersebut menjelaskan betapa pentingnya akhlak mulia itu, terutama untuk umat
islam saat ini. Akhlak mulia merupakan cermin seorang muslim, mencerminkan
kesucian hati dan fikirannya, sedangkan akhlak buruk mencerminkaan seseorang
yang telah gelap hatinya sehingga ia tidak bisa menentukan mana yang baik
dan buruk baginya karena keburukan itu telah mendarah daging dalam dirinya.
Beberapa
ciri-ciri khusus dari akhlak yaitu[4]:
·
Akhlak mempunyai suatu
sifat yang teranam kuat di dalam jiwa atau lubuk hati seseorang yang menjadi
kepribadiannya dan itu akan membuat berbeda dengan orang lain.
·
Akhlak mengandung
perbuatan yang dilakukan secara terus menerus, dalam keadaan bagaimana pun
juga. Dengan kata lain akhlak merupakan adat kebiasaan yang selalu dilakukan
oleh seseorang.
·
Akhlak mengandung
perbuatan yang dilakukan karena kesadaran sendiri, bukan karena di paksa, atau
mendapatkan tekanan dan intimidasi dari orang lain.
·
Akhlak merupakan
manifestasi dari perbuatan yang tulus ikhlas, tidak di buat-buat.
Dibawah
ini ada beberapa makna yang sama dengan kata akhlak, antara lain :
1. Moral
dan Akhlak[5]
Moral
dan akhlak memiliki makna yang sama, hanya saja Akhlak berasal dari bahasa
Arab, istilah ini akhirnya seperti menjadi ciri khas Islam. Secara substansif,
memang tidak memiliki perbedaan, sebab keduanya memiliki wacana yang sama yaitu
tentang baik dan buruknya perbuatan manusia. Akhlak merupakan konsep moral
dalam Islam. Hal ini berarti bahwa akhlak identik dengan moral dengan substansi
wacana pada nilai – nilai kemanusiaan. Jika mengacu pada kategori menurut para
ahli, kategori yang dibuat itu berbeda – beda antara lain :
a. Menurut Maududi dan Basil Mitchell, Akhlak
termasuk dalam moralitas religius.
b. Menurut Imam Abi al-Fadhl dalam lisan arab
mengartikan Akhlak sebagai al-sahiyah
yang berarti watak dan tabiat.
c. Menurut
Ibn Maskawaih, Akhlak sebagai keadaan jiwa yang karenanya menyebabkan munculnya
perbuatan – perbuatan tanpa pemikiran atau pertimbangan yang dalam.
d. Menurut
Imam Al-Ghazali, Akhlak adalah keadaan sifat yang tertanam dalam jiwa yang
darinya muncul perbuatan – perbuatan dengan mudah, tanpa memerlukan pemikiran
dan pertimbangan.
2. Moral
dan Etika[6]
Dalam
bahasa inggris, ethic berarti system
of moral principles atau a system of moral
standard values. Secara singkat etika didefinisikan sebagai ilmu
pengetahuan tentang kesusilaan(moral). Secara etimologis Etika dan moral
memiliki makna yang sama. Tetapi, secara terminologis dalam posisi tertentu,
etika memiliki makna yang berbeda dengan moral. Sebab, etika memiliki tiga
posisi yaitu sebagai sistem nilai, kode etik, dan filsafat moral.
Sebagai
sistem nilai, etika berarti nilai – nilai dan norma – norma moral yang menjadi
pegangan bagi seseorang atau kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Dalam
posisi tersebut sebagian besar makna etika dipahami dan makna etika dan moral
itu sama sehingga muncul istilah – istilah Etika Islami, Etika Budha, Etika
Kristen dsb. Menurut Franz Magnis Suseno, Pengertian moral sebagai sistem nilai
dapat diartikan sebagai keseluruhan norma dan penilaian yang digunakan oleh
masyarakat untuk mengetahui bagaimana seseorang seharusnya menjalankan
kehidupannya, bagaimana seseorang membawa diri, sikap – sikap dan tindakan mana
yang harus seseorang kembangkan agar hidupnya sebagai manusia itu berhasil.
Dengan alasan tersebut Frans memberikan istilah Etika Jawa sebagai judul bukunya.
Sebagai
kode etik, etika berarti asas atau nilai moral dan menjadi landasan suatu
aturan profesi yang tidak boleh dilanggar. Posisi etika yang lain adalah etika
sebagai filsafat moral. Menurut Ahmad Amin, Etika sebagai ilmu yang menjelaskan
arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh sebagian
manusia yang lain, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia dalam perbuatan
mereka dan menunjukkan jalan untuk apa yang haus diperbuat.
Sebagai
ilmu yang membahas tentang tingkah laku moral, maka pokok persoalan etika
adalah perbuatan manusia itu sendiri, namun tidak semua perilaku manusia
menjadi pokok persoalan etika.[7]
Berikut ini macam-macam pokok persoalan etika antara lain :
a. Al-A’mal
al-Iradiyah, yaitu perbuatan yang dilakukan dengan kehendak atau ikhtiar.
b. Al-A’mal
Ghair al-Iradiyah, yaitu perbuatan yang dilakukan tanpa kehendak atau ikhtiar.
c. Perbuatan
Semu, yaitu perbuatan yang berdimensi etik, tetapi dilakukan dilua kesadarannya
atau haya kehendaknya (ikhtiar).
3. Kesusilaan
dan Kesopanan[8]
Kesusilaan
berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari kata “su” yang berarti lebih
baik, dan kata “sila” berarti prinsip atau aturan hidup. Jadi kesusilaan adalah
dasar-dasar aturan hidup yang lebih baik.
Sedangkan
kesopanan berasal dari bahasa Indonesia yang berasal dari kata sopan yang
artinya tenang, beradab, baik dan halus (perkataan ataupun perbuatan)
Istilah
Etika dan ilmu Aklak adalah sama pengertianya sebagai suatu ilmu yang dapat
dijadikan pedoman bagi manusia untuk melakukan perbuatan yang baik. Sedangkan
istilah moral, kesusilaan, kesopanan, dan akhlaq sama pengertianya sebagai
suatu norma untuk menyatakan perbuatan manusia. Jadi istilah ini bukan suatu
ilmu tetapi merupakan suatu perbuatan manusia.
Istilah
etika dan ilmu akhlaq dinyatakan sama bila ditinjau dari fungsinya. Tetapi bila
ditinjau dari segi sumber pokoknya maka tentu keduanya berbeda. Dimana etika
bersumber dari filsafat yunani, tetapi ilmu akhlak sumber pokoknya adalah
al-qur’an dan hadits dan sumber pengembangannya adalah filsafat.
Istilah
akhlaq dengan moral, kesusilaan dan kesopanan,dapat dilihat perbedaanya bila
dipandang dari objeknya di mana akhlaq menitikberatkan perbuatan terhadap tuhan
dan sesama manusia, sedangkan moral, kesusilan dan kesopanan hanya
menitikberatkan perbuatan terhadap sesama manusia saja. Maka istilah akhlaq
sifatnya teosentris meskipun akhlaq itu ada yang tertuju kepada manusia dan
makluk-makluk lain,namun tujua utamanya hanya karena Allah swt semata. Tetapi
kesusilaan dan kesopanan semata-mata sasaran dan tujuanya untuk manusia saja
karena itu istilah tersebut bersifat antroposentris (kemanusian saja).
B. Pembentukkan
Akhlak[9]
Pembentukkan
ilmu akhlak adalah pembahasan tentang perbuatan-perbuatan manusia, kemudian
menetapkannya apakah perbuatan itu tergolong baik atau tergolong buruk. Ilmu
Akhlak dapat pula disebut sebagai ilmu yang berisi pembahasan dalam upaya
mengenal tingkah laku manusia, obyek pembahasan ilmu akhlak berkaitan dengan
norma atau penilaian terhadap suatu perbuatan yang dilakukan oleh seseorang.
Jika kita katakan baik atau buruk, maka ukuran yang harus digunakan adalah
ukuran normative. Pokok-pokok masalah yang dibahas dalam ilmu akhlak pada
intinya adalah perbuatan manusia yang baik maupun yang buruk sebagai individu
maupun sosial. Tapi sebagian orang juga menyebutkan ilmu akhlak adalah tingkah
laku manusia, namun perlu ditegaskan bahwa yang dijadikan obyek kajian ilmu
akhlak adalah perbuatan yang dilakukan atas kehendak dan kemauan, sebenarnya
mendarah daging dan telah dilakukan secara continue atau terus menerus sehingga
mentradisi dalam kehidupannya.
Jadi
yang dimaksud ilmu akhlak adalah ilmu yang mengkaji suatu perbuatan yang
dilakukan oleh manusia yang dalam keadaan sadar, kemauan sendiri, tidak
terpaksa, dan sungguh-sungguh atau sebenarnya bukan perbuatan yang pura-pura.
D. Metode
Pembinaan Akhlak[10]
Ada
6 metode pembinaan akhlak dalam perspektif islam, metodi yang diambil daro
Al-Qur’an dan hadits serta para akar, diantaranya :
a. Metode
Uswah (Teladan)
Teladan adalah sesuatu yang pantas
untuk diikuti, karena mengandung nilai-nilai kemanusiaan. Manusia teladan yang
harus diteladani dan di contoh adalah Rasulullah SAW.
Aplikasi metode
teladan, diantaranya adalah
tidak menjelek-jelekkan seseorang, menghormati orang lain, membantu orang yang
membutuhkan pertolongan, berpakaian yang sopan, tidak berbohong, tidak berjanji
mungkir, membersihkan lingkungan, dan lain-lain ; yang paling penting orang
yang diteladani, harus berusaha berprestasi dalam bidang tugasnya.
b. Metode
Ta’widiyah (pembiasaan)
Secara etimologi, pembiasaan asal
katanya adalah biasa. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, biasa artinya lazim
atau umum ; seperti sedia kala ; sudah merupakan hal yang tidak terpisahkan
dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam ilmu jiwa perkembangan,
dikenal teori konvergensi, dimana pribadi dapat dibentuk oleh
lingkungannya, dengan mengembangkan potensi dasar yang ada padanya. Salah satu cara
yang dapat dilakukan, untuk mengembangkan potensi dasar tersebut, adalah
melalui kebiasaan yang baik. Oleh karena itu, kebiasaan yang baik dapat menempa
pribadi yang berakhlak mulia. Aplikasi metode pembiasaan tersebut, diantaranya adalah, terbiasa dalam
keadaan berwudhu’, terbiasa tidur tidak terlalu malam dan bangun tidak
kesiangan, terbiasa membaca al-Qur’ab dan Asma ul-husna shalat berjamaah
di masjid/mushalla, terbiasa berpuasa sekali sebulan, terbiasa makan dengan
tangan kanan dan lain-lain. Pembiasaan yang baik adalah metode yang ampuh untuk
meningkatkan akhlak peserta didik dan anak didik.
c. Metode
Mau’izhah (nasehat)[11]
Kata mau’izhah berasal dari kata
wa’zhu, yang berarti nasehat yang terpuji, memotivasi untuk melaksanakannya
dengan perkataan yang lembut.
Aplikasi metode nasehat,
diantaranya adalah, nasehat dengan argumen logika, nasehat tentang
keuniversalan Islam, nasehat yang berwibawa, nasehat dari aspek hukum, nasehat
tentang “amar ma’ruf nahi mungkar”, nasehat tentang amal ibadah dan lain-lain.
Namun yang paling penting, si pemberi nasehat harus mengamalkan terlebih dahulu
apa yang dinasehatkan tersebut, kalau tidak demikian, maka nasehat hanya akan
menjadi lips-service.
d. Metode Qishshah (ceritera)
Qishshah dalam pendidikan mengandung arti, suatu cara dalam menyampaikan materi
pelajaran, dengan menuturkan secara kronologis, tentang bagaimana
terjadinya sesuatu hal, baik yang sebenarnya terjadi ataupun hanya rekaan saja. Dalam pendidikan Islam, ceritera yang bersumber dari al-Qur’an dan Hadis
merupakan metode pendidikan yang sangat penting, alasannya, ceritera
dalam al-Qur’an dan Hadis, selalu memikat, menyentuh perasaan dan mendidik
perasaan keimanan, contoh, surah Yusuf, surah Bani Israil dan lain-lain.
Aplikasi metode qishshah
ini, diantaranya adalah, memperdengarkan casset, video dan
ceritera-ceritera tertulis atau bergambar. Pendidik harus membuka kesempatan
bagi anak didik untuk bertanya, setelah itu menjelaskan tentang hikmah qishshah
dalam meningkatkan akhlak mulia.
e.
Metode
Amtsal (perumpamaan)
Metode perumpamaan adalah metode yang banyak dipergunakan dalam al-Qur’an
dan Hadis untuk mewujudkan akhlak mulia.
Dalam beberapa literatur Islam, ditemukan banyak sekali perumpamaan,
seperti mengumpamakan orang yang lemah laksana kupu-kupu, orang yang tinggi
seperti jerapah, orang yang berani seperti singa, orang gemuk seperti gajah,
orang kurus seperti tongkat, orang ikut-ikutan seperti beo dan lain-lain.
Disarankan untuk mencari perumpamaan yang baik, ketika berbicara dengan anak
didik, karena perumpamaan itu, akan melekat pada pikirannnya dan sulit untuk
dilupakan.
Aplikasi metode perumpamaan, diantaranya adalah, materi yang diajarkan
bersifat abstrak, membandingkan dua masalah yang selevel dan guru/orang
tua tidak boleh salah dalam membandingkan, karena akan membingungkan anak
didik.
Metode perumpamaan ini akan dapat memberi pemahaman yang mendalam, terhadap
hal-hal yang sulit dicerna oleh perasaan. Apabila perasaan sudah disentuh, akan
terwujudlah peserta didik yang memiliki akhlak mulia dengan penuh kesadaran.
f.
Metode
Tsawab (ganjaran)
Aplikasi metode ganjaran yang berbentuk hadiah, diantaranya adalah,
memanggil dengan panggilan kesayangan, memberikan pujian, memberikan maaf atas
kesalahan mereka, mengeluarkan perkataan yang baik, bermain atau bercanda,
menyambutnya dengan ramah, meneleponnya kalau perlu dan lain-lain.
Aplikasi metode ganjaran yang berbentuk hukuman, diantaranya, pandangan
yang sinis, memuji orang lain dihadapannya, tidak mempedulikannya, memberikan
ancaman yang positif dan menjewernya sebagai alternatif terakhir. Hadis yang
diriwayatkan oleh Imam Nawawi dari Abdullah bin Basr al-Mani, ia berkata :
“Aku telah diutus oleh ibuku, dengan membawa beberapa biji anggur
untuk disampaikan kepada Rasulullah, kemudian aku memakannya sebelum aku
sampaikan kepada beliau, dan ketika aku mendatangi Rasulullah, beliau menjewer
telingaku sambil berseru ; wahai penipu”.
E. Manfaat
Akhlak Mulia[12]
Besar harapan seseorang yang mempelajari dasar-dasar ilmu
akhlak akan menjadi orang yang baik budi pekertinya. Ia menjadi anggota
masyarakat yang berarti dan berjasa, Ilmu akhlak tidak menjamin seseorang
menjadi baik dan berbudi luhur. Namun mempelajari akhlak dapat membuka mata
hati seseorang untuk mengetahui yang baik dan buruk. Begitu pula memberi
pengertian apa faedahnya jika berbuat baik dan apa pula bahayanya jika berbuat
kejahatan.
Orang yang baik
akhlaknya, biasanya banyak memiliki teman sejawat dan sedikit musuhnya. Hatinya
tenang, riang dan senang. Hidupnya bahagia dan membahagiakan. Orang yang
sempurna imannya niscaya sempurna pula budi pekertinya. Orang yang tinggi budi
pekertinya mampu merasakan kebahagiaan hidup. Dia merasakan dirinya brguna, berharga,
dan mampu menggunakan potensinya untuk membahagiakan dirinya dan orang lain.
Orang yang sehat
mental dan berbudi luhur tidak merasa ambisius, tidak sombong dan tidak merasa
rendah diri maupun apatis. Setiap orang dalam hidupnya bercita-cita memperoleh
kebahagiaan, salah satu kebahagiaan tersebut adalah mampu menyucikan dirinya,
yaitu suci dari sifat dan perangai yang buruk, suci lahir dan batin. Latihan
sikap untuk selalu melaksanakan yang baik dan meninggalkan yang buruk secara
bertahap, merupakan usaha pembinaan akhlak al-karimah.
[1] Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur’an,
(Jakarta, Amzah, 2007), hlm. 2
[2] Ibid, hlm. 3
[3] Inggrat welano, Makalah Pengertian akhlak, Ruang lingkup akhlaak,
Manfaat, diakses dari https://iingwelano.blogspot.ac.id/2014/09/makalah-pengertian-akhlak-ruang-lingkup.html?m=1, pada tanggal 16 september 2016
[4] Inggrat welano, Makalah Pengertian akhlak, Ruang lingkup akhlaak,
Manfaat, diakses dari https://iingwelano.blogspot.ac.id/2014/09/makalah-pengertian-akhlak-ruang-lingkup.html?m=1, pada tanggal 16 september 2016
[5] Tafsir, Zaenul Arifin, komarudin, Moralitas Al-Qur’an dan tantangan
modernitas, (Yogyakarta, Gama Media Offset, 2002, hlm. 13
[6] Tafsir, Zaenul Arifin, komarudin, Moralitas Al-Qur’an dan tantangan
modernitas, (Yogyakarta, Gama Media Offset, 2002, hlm. 15
[7] Ibid, hlm. 18
[8] Tafsir, Zaenul Arifin, komarudin, Moralitas Al-Qur’an dan tantangan
modernitas, (Yogyakarta, Gama Media Offset, 2002, hlm. 21
[9] Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur’an,
(Jakarta, Amzah, 2007), hlm. 11
[10] Khusni Nadzif, Metode pembinaan akhlak dalam perspektif islam,
diakses dari http://naturalofreligion.blogspot.co.id/2012/10/metode-pembinaan-akhlak-dalam.html, pada tanggal 20 september 2016
[11] Khusni Nadzif, Metode pembinaan akhlak dalam perspektif islam,
diakses dari http://naturalofreligion.blogspot.co.id/2012/10/metode-pembinaan-akhlak-dalam.html, pada tanggal 20 september 2016
[12] Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur’an,
(Jakarta, Amzah, 2007), hlm. 16
Download Makalahnya disini
Related Posts
Subscribe Our Newsletter
Wynn Hotel & Casino, Las Vegas - Mapyro
ReplyDeleteFind 오산 출장샵 Wynn Hotel & Casino, Las 충주 출장샵 Vegas (MapYRO) location in Las 대구광역 출장마사지 Vegas, NV and other nearby places 양주 출장안마 to stay in 상주 출장마사지 and play.